Kamis, 24 September 2009

Perlunya Mensyukuri Atas Keberadaan Keturunan Nabi S.A.W

Muhammad SAW sebagai Rasul SAW (utusan) diturunkan oleh Allah SWT, telah mengingatkan dan menyampaikan kepada kita berbagai macam permasalahan (baik berupa perkataan, perbuatan dan persetujuan) di antaranya yang berkenaan dengan tuntutan tanggungjawab terhadap Ahlul Bait keturunan Baginda SAW (yang lebih dikenal dengan Hadits Tsaqolain). Risalah yang dibawa adalah merupakan tugas yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada baginda SAW dan segala sesuatu yang telah disampaikan kepada umat manusia tersebut bukan menurut kehendak hawa nafsunya sendiri, melainkan atas wahyu dari Allah SWT.
Sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
"Dan tidaklah dia (Nabi Muhammad SAW) mengucapkan sesuatu menurut kemahuan hawa nafsunya, melainkan adalah wahyu yanh diwahyukan (Allah SWT) padanya". (Q.S. An-Najm: 3-4)

Yang disampaikan oleh Nabi SAW bisa saja berupa berita gembira, peringatan, janji keberuntungan, ancaman dan lain seterusnya. Dan dua perkara yang telah disampaikan oleh Nabi SAW sebelumnya, kiranya terasa berat, mengingat tanggungjawab, perhatian dan tuntutan yang terkandung di dalamnya. Tuntutan tanggungjawab ini diamanatkan Nabi SAW kepada umatnya, sehingga ini berarti menunjukkan keberlangsungan kandungan hadits tersebut hingga akhir masa. Walaupun berbentuk peringatan, hadits-hadits tersebut menunjukkan rahmat, kenikmatan dari Allah SWT dan berkah Nabawiyyah yang wajib disyukuri, dijaga dengan semestinya, serta selalu menyebut-nyebutnya menurut jalan yang diredhai Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan adapun dengan nikmat dari Tuhanmu, maka sampaikanlah (sebut-sebutkanlah)" (Q.S. Adh-Dhuha: 11)

Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Menyebut-nyebut nikmat Allah SWT adalah (tanda) bersyukur, meninggalkannya bererti kufur (ingkar). Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, ia tidak akan mensyukuri nikmat yang banyak. Dan barangsiapa tidak bersyukur (berterima kasih) pada manusia, bererti ia tidak bersyukur kepada Allah SWT. Berjama'ah (bersatu) adalah rahmat dan bercerai-berai adalah 'azab/siksa". (H.R. Baihaqi)




Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa mendapat nikmat Allah, maka Allah senang melihat bekas-bekas nikmat-Nya itu pada hamba-Nya". (Allah senang/suka melihat nikmat-Nya itu masih membekas atau dipergunakan oleh hamba-Nya pada hal-hal yang benar dan diredhai-Nya). (H.R. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam "Al-Misykat")

Arti bersyukur atas nikmat Allah dan menyebut-nyebutnya, adalah: memanfaatkan, memfungsikan dan menempatkannya pada hal-hal yang diredhai oleh Allah SWT, sehingga dari nikmat-nikmat itu akan berdatangan nikmat-nikmat Allah yang lain yang mengiringinya sebagai jawapan Allah atas rasa syukur hamba-Nya.

Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya jika kalian bersyukur pasti Aku (Allah SWT) akan benar-benar menambah (nikmat) kepada kalian dan jika kalian kufur (mengingkari), maka sesungguhnya azab-Ku (siksa-Ku ) sangat keras (pedih)". (Q.S. Ibrahim: 7)

Tidak selayaknya dalam rangka menyampaikan nikmat-nikmat Allah dan memfungsikannya serta menjaganya pada hal-hal yang baik, benar dan wajar, masih saja ada seseorang atau kaum yang tidak menyenanginya. Lebih dari itu malah ia benci, iri hati bahkan sampai-sampai ia berani bertindak dengan tindakan atau perilaku yang melanggar syari'at Allah dan Rasul-Nya, sehingga dari pelampiasan sifat iri hati ini, ia tidak segan-segan menghilangkan, memutuskan karunia berupa nikmat Allah SWT yang dikaruniakan-Nya kepada seseorang atau sesuatu kaum. Termasuklah karunia Allah itu berupa ditakdirkannya seseorang terlahir dari ayah yang berasal dari keturunan Ahlul-Bait Rasulullah SAW.
Paling tidak, adakalanya, kerana tidak rela dan kurang imannya, ia akan melontarkan bermacam-macam fitnah serta penilaian negatif lainnya dengan alasan yang menurutnya sesuai untuk hal tersebut. Sungguh Allah SWT Maha Mengetahui atas perbuatan dan maksudnya itu.
Seperti yang tersurat dalam firman Allah SWT:
"Ataukah mereka manusia (masih) merasa iri hati terhadap apa-apa yang telah diberikan Allah pada orang-orang (yang merupakan) karunia-Nya". (Q.S. An-Nisa: 54)

Wahai yang iri dan dengki hati, hentikanlah serta lepaskanlah sifat jahatmu itu, sebab kalau tidak, sebentar lagi pasti Allah SWT akan mengambil suati tindakan padamu. Camkanlah akan peringatan yang datangnya dari Allah SWT dan Rasul-Nya, agar tidak menyesal serta merugi di kemudian hari.

Tidak ada komentar: